Sejak dulu saya sudah tahu, saya orangnya gampang kecanduan. Dan kalau sudah kecanduan sulit dihentikan. Untung saya tidak kecanduan hal-hal yang merugikan seperti narkoba, rokok, minuman keras, judi, dan lain sebagainya. Tapi kecanduan toh tetap kecanduan, sesuatu yang mendorong kita untuk mengkonsumsi atau melakukan sesuatu secara berlebihan. Dan menurut hukum alam, segala sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik.
Misalnya saja, saya kecanduan ngemil kacang. Kacang tanah segar, yang cukup dikukus saja, tidak perlu ditambahi apa-apa. Rasanya segar, banyak mengandung air, dan kadang bahkan agak manis. Bila sedang pulang kampung, saya nyaris tidak pernah absen membeli kacang ini di pasar. Kadang kalau sedang benar-benar kepingin, seperempat kilo kacang bisa saya habiskan sendiri dalam sehari. Besoknya, beli seperempat kilo lagi. Besoknya lagi malah beli setengah kilo, karena orang-orang di rumah juga suka. Akibatnya dalam tempo beberapa hari saja jerawat-jerawat bermunculan di wajah saya. Jerawat-jerawat tersebut biasanya baru menghilang setelah beberapa minggu.
Namun itu dulu. Sekarang, kalau sedang pulang kampung, saya jarang sekali membeli kacang. Soalnya, dengan bertambahnya usia, jerawat tidak lagi hilang semudah dulu. Dulu waktu masih muda (tahun 60-an ya, Zus?), jerawat dibiarkan saja selama sebulan, pasti hilang sendiri. Sekarang butuh waktu lebih lama. Saya juga sudah melihat beberapa teman yang menghabiskan jutaan rupiah hanya untuk menghilangkan jerawat. Saya tidak mau. Saya kan tergolong pelit. Dengan demikian, kecanduan akan kacang berhasil diatasi. Kasus ditutup.
Kacang bukanlah satu-satunya. Saya juga kecanduan buku. Dan kecanduan nonton film dan televisi. Apalagi sejak mendapat fasilitas televisi kabel gratisan! Tapi saya bersyukur karena kecanduan buku, film dan televisi tidaklah terlalu merugikan. Bahkan cukup menguntungkan. Tahukah Anda bahwa beruang bisa mencium bau makanan dari jarak 3 kilometer? Tahukah Anda, bahwa ketika sedang tidur musim dingin, 55% bagian tubuh Rana sylvatica (sejenis kodok) membeku? Ia tidak bernapas, dan jantungnya tidak berdetak sepanjang musim dingin. Bagi mahkluk lain, ini adalah tanda-tanda kematian. Namun tidak bagi si kodok. Ketika musim semi tiba, es mencair, dan matanya kembali bersinar-sinar, lantas keempat kakinya melompat-lompat dengan gembira, seolah tidak terjadi apa-apa!
Itu, dan masih banyak info menarik lainnya seputar satwa, bisa didapat dengan menyaksikan sebuah film dokumenter berdurasi 30 menit di Animal Planet. Tidak merugikan, kan? Kalau saya masih mengajar di SD, tentu info-info tadi akan saya jadikan permainan tebak-tebakan yang menarik!^^
Nah, sekarang ada tanda-tanda kecanduan baru yang mulai mengintip. Sengaja tidak saya beri ruang dulu karena yang satu ini tidak bisa didapat dengan gratisan.
Awalnya begini. Minggu lalu saya diberi lagu baru oleh laoshi, berjudul ‘Si. Mi chiamano Mimi’, dari opera Le Boheme karya G. Puccini. Laoshi berkata, beliau ingin saya coba-coba belajar lagu itu. Saya senang sekali! Langsung saya pelototi not-not balok bak tauge menari itu, lantas saya aplikasikan pada keyboard yang telah setia mendampingi selama 13 tahun terakhir ini. Lumayan, saya jadi tahu kira-kira lagunya seperti apa. Namun saya belum berhasil menangkap esensinya. Kalau dulu waktu debat ada spirit of the motion, mestinya dalam musik juga ada spirit of the song ya. Itulah yang belum berhasil saya tangkap.
Jadi, saya coba mencarinya dengan YouTube. Mudah sekali! Selama kurang lebih 4 menit 55 detik, saya terkagum-kagum mendengarkan suara Mirella Freni membawakan lagu tersebut.
Youtube memang hebat! Mau cari lagu opera apa saja, ada. Saya pikir, mungkin berlatih menyanyi akan lebih mudah dengan adanya YouTube. Dengarkan, tonton, sambil menyimak partitur. Pasti menyenangkan! Rasa kecanduan mulai menyelinap. Saya mencoba mencari lagu-lagu yang pernah saya pelajari, yang dibawakan oleh biduanita-biduanita termashyur. Semuanya ada!
Nah kan, baru setengah jam saja menjelajahi YouTube, sudah muncul tanda-tanda kecanduan. Bagaimana ya, perlukah saya membeli laptop dan langganan internet agar bisa ber-YouTube ria? Selama ini sekedar nebeng laptop adik saya.
Tapi menonton cuplikan opera dari YouTube tidak sepenuhnya menguntungkan. Saya bisa jadi malas membaca partitur. Kan, nonton di YouTube lebih gampang dan cepat. Padahal, membiasakan diri membaca partitur itu penting. Begitulah, hingga tulisan ini diposting, saya masih belum bisa memutuskan. Menyerah pada kecanduan akan YouTube, atau tidak… ^^
#Bagi yang tertarik menyaksikan paduan suara Eliata berlatih membawakan lagu ‘Gottes Zeit ist die allerbeste Zeit’ dari Cantata No. 106 karya J. S. Bach, menjelang konser di Singapura Mei 2008 lalu, bisa cari di YouTube, ada kok, numpang promosi nih, hehe… ^^#